Jumat, 05 November 2010

obatku, racunku..

Sebenarnya obat adalah racun, dosis dan cara pemakaiannyalah yang membuatnya dapat mengobati penyakit, karena berhati-hatilah memakai obat.

Masih tentang obat. Siapa yang belum pernah meminum obat? Suka maupun tak suka, saat sakit kita akan meminum obat. namun jika melihat pernyataan diatas, siapa yang tidak takut?
Secara harfiah obat berarti substansi kimia yang berefek pada proses tubuh maupun jiwa, atau bila diartikan dalam ilmu kedokteran berarti bahan kimia yang diberikan pada manusia ataupun hewan sebagai penyembuh dari diagnosis atau prevensi dari penyakit atau kondisi abnormal. Untuk meringankan rasa sakit ataupun penderitaan, atau untuk mengontrol dan memperbaiki kondisi fisiologis maupun patologis.
Jika sudah mengerti definisinya, maka yakinkah anda untuk tetap rutin mengosumsi obat? Apakah anda berpikir bahwa obat dapat membuat anda sehat? Sekarang saya meminta anda untuk sekali lagi melihat pada kalimat paling atas, lalu lihatlah daftar dibawah ini:
1. R/ Bufect susp 60 ml
2. R/ Luminal 50 mg tab
3. R/ Nalgestan tab
4. R/ Mucohexin 8 mg tab
5. R/ Kenacort 4 mg tab
6. R/ Codein 20 mg tab
7. R/ Lasal 4 mg tab
8. R/ Etaphylline 250 mg tab
9. R/ Lapicef 500 mg cap
10. R/ Curvit CL emulsion 175 ml
11. R/ Pankreoflat tab
12. R/ Cobazin cap 1000 mcg
13. R/ Lysagor tab
Kumpulan resep ini saya dapatkan dari guru besar saya Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D yang mengajarkan tentang obat, beliau menyebutkan bahwa ketiga belas obat tersebut diberikan oleh seorang dokter kepada satu orang pasien. Pada dasarnya mekanisme kerja obat itu terdiri dari 3 bagian besar, yaitu 1)absorbsi melalui usus, 2) metabolism dan detoksifikasi oleh hati, dan 3) ekskresi oleh ginjal. Sekarang dapatkah anda bayangkan betapa tubuh pasien yang diberi 13 obat tersebut akan bekerja amat sangat keras untuk memetabolisme obat-obat tersebut? Tahukah anda bahwa hati dan ginjal harus bekerja keras untuk “mengurusi” 1 obat saja? Lalu dokter macam apakah yang tega merusak pasiennya seperti ini?
Prinsip dari dokter dalam mengobati pasien adalah dengan menentukan diagnosis penyakit dari berbagai keluhan yang disebutkan pasien dan menentukan obat yang menyembuhkan penyakit tersebut, tentunya dengan dosis dan pemakaian yang tepat. Namun kenyataanya di lapangan, banyak sekali dokter yang memberikan resep obat sesuai dengan keluhannya saja, bukan diagnosisnya, misalnya adalah bila pasien mengeluhkan banyak symptom seperti batuk, tenggorokan gatal, hidung tersumbat, nyeri kepala, dan diare, lalu dokter memberikan obat untuk masing-masing symptom, maka pasien harus menanggung beban berat hati dan ginjalnya untuk memetabolisme, interaksi antar obat yang bisa saja saling kontraindikasi, reaksi alergi yang mungkin terlupakan oleh dokter, efek samping dari masing-masing obat, waktu paruh efek kerja obat dalam tubuh, serta biaya yang belum tentu terjangkau oleh pasien, dan semua itu seharusnya dipikirkan benar-benar oleh dokter dalam sesi pertemuannya dengan pasien sebelum member resep obat. Pertanyaannya, pernahkah anda diberikan resep begitu banyak oleh dokter tanpa dokter tersebut benar-benar memeriksa anda? Saya yakin masih banyak sekali dokter yang merusak pasiennya seperti ini, karena itu merupakan kewajiban saya untuk mengingatkan anda, serta kewajiban anda juga untuk pandai-pandai menjaga diri dan keluarga anda. Hiduplah dengan sehat tanpa obat, bukan menyehatkan diri dengan obat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar